Anak: Tangan saya masih kecil. Tolong jangan mengharapkan
kesempurnaan setiap kali saya merapikan tempat tidur, menggambar, atau
melempar bola. Kaki saya masih pendek. Tolong perlambat agar saya bisa
berjalan beriringan dengan Ayah / Bunda.
Orang Tua: Bukankah ayah menggendong kamu sedari kamu masih bayi?
Tapi baiklah nak, asal kamu ingat memperlambat jalanmu ketika kami
telah renta.
Anak: Mata saya belum melihat dunia seperti yang Ayah/ Bunda
lihat. Tolong izinkan kami menjelajahinya secara aman. Jangan memberikan
larangan yang tak perlu.
Orang Tua: Andai kamu melihat apa yang kami lihat, kau akan
berharap tetap berada di rahim bundamu. Tapi baiklah nak, asalkan kau
dapat menjaga pandanganmu.
Anak: Selalu akan ada saja pekerjaan di dalam rumah tangga. Saya
masih kecil untuk waktu yang begitu singkat. Tolong luangkan lebih
banyak waktu untuk menjelaskan dunia yang ajaib ini, dan lakukan secara
tulus ikhlas.
Orang Tua: Bila waktu di dunia ini tak terbatas, tak ada tempat
kami ingin habiskan kecuali bersamamu, nak. Tapi baiklah, asal kau tak
bosan menjelaskan apa yang kami lupakan saat kami sudah pikun dan renta.
Anak: Perasaan saya masih halus. Tolong sensitif terhadap
kebutuhan-kebutuhan kami. Jangan memarahi saya sepanjang hari. Ayah /
Bunda pasti tak senang kalau dimarahi karena ingin tahu. Perlakukan saya
seperti Ayah / Bunda ingin diperlakukan.
Orang Tua: Justru kami memperlakukan kamu agar kamu tak perlu
tahu bagaimana buruknya kami diperlakukan. Tapi baiklah nak, asal kamu
tahu bagaimana memperlakukan kami saat kami tak mampu lagi memperlakukan
kamu dengan baik.
Anak: Saya adalah hadiah yang istimewa dari Tuhan. Tolong
perlakukan saya sebagai harta berharga, berikan bimbingan untuk semua
tindakan saya. Beri saya panduan tentang cara menjalani hidup dan
mendisiplin saya dengan cara manis.
Orang Tua: Bukankah kami sudah berikan segalanya agar kamu
menjadi sesuatu yang tak hanya berharga di mata kami, tapi di mata orang
lain? Tapi sanggupkah kau berikan segalanya sekedar agar kami tak
kesepian di hari tua?
Anak: Saya memerlukan dorongan dan pujian Ayah/Bunda untuk
tumbuh. Tolong jangan cepat mencela. Ingat, Ayah/Bunda dapat mengkritik
hal-hal yang saya kerjakan tanpa mencela saya.
Orang Tua: Kami ingat memuji kamu selalu di waktu kecil hanya
untuk hal-hal sederhana seperti mengucap huruf dari A sampai Z,
berhitung dari satu sampai sepuluh. Namun pernahkah kamu memuji kami
untuk hal-hal sederhana seperti mengantarkan kamu ke sekolah, menyiapkan
makan malammu, atau menemani kamu tidur di waktu malam?
Anak: Tolong beri saya kebebasan untuk membuat
keputusan-keputusan menyangkut diri saya sendiri. Izinkan saya untuk
gagal sehingga saya dapat belajar dari kesalahan-kesalahan saya. Lalu
suatu hari, saya akan siap untuk membuat keputusan-keputusan yang
dituntut hidup dari saya.
Orang Tua: Kami tak akan mengganggumu mengambil keputusan nak,
kami hanya orang tua yang memberimu saran agar tidak bernasib seperti
kami di masa depan. Tapi baiklah nak, selama kau tak keluar dari akidah…
Anak: Tolong jangan kerjakan segalanya untuk saya. Kadang, cara
ini membuat saya merasa upaya saya tidak sesuai dengan harapan
Ayah/Bunda. Saya tahu ini sulit, tapi tolong jangan membandingkan saya
dengan saudara perempuan/ laki-laki saya.
Orang Tua: Baiklah nak, tetapi jika aku tak boleh melakukan
segalanya untukmu, mengapa kau marah dan merajuk ketika tak mendapatkan
apa yang kau inginkan ketika kami tak mampu memberikan?
Anak: Tolong jangan takut untuk pergi berakhir pekan bersama.
Anak-anak perlu libur tanpa orangtua, sama seperti orangtua perlu libur
tanpa anak-anak. Selain itu, berlibur hanya berdua adalah cara baik
untuk menunjukkan kepada kami, anak-anak, bahwa perkawinan Ayah/Bunda
sangat istimewa.
Orang Tua: Bagi kami kebahagian kami haruslah menjadi kebahagiaan
kamu juga nak, tetapi baiklah kalau kau menganggap kebahagiaanmu harus
menjadi milikmu sendiri.
sumber : http://www.apakabardunia.com/2012/09/pesan-kehidupan-orang-tua-dan-anak.html
0 komentar:
Posting Komentar